Oleh:
Fitri Rizkiyah Nurbaity
Pagi belum lagi sempurna terangnya.Kabut masih
turun perlahan menyisi batang-batang pohon cemara yang ramping..
Seketika itu terdengar suara tangisan bayi
mungil yang masih merah,terombang ambing dalam sebuah kardus di atas
sungai.Malang sekali nasibnya,siapakah gerangan orang tuanya?! Yang tega
membuang anaknya seperti itu....
Setelah
berjam-jam terombang ambing arus sungai,terkena hujan,dan anging. Yang memang
pada saat itu sedang musim hujan. Beruntung Alloh masih menyayangi bayi itu,
seorang ibu-ibu setengah baya menemukannya membiru kedinginan di pinggiran
sungai. Sunggu malang, ibu-ibu setengah baya itu pun memutuskan untuk membawa
bayi itu pulang ke rumah nya.
Ibu-ibu
setengah baya itu mengurusnya dengan penuh kasih sayang, dia menganggap bayi
itu seperti cucu kandungnya sendiri. Namun tuhan seakan berkata lain ibu itu
meninggal dunia karena tabrak lari, ketika dia akan membeli susu untuk si bayi
mungil itu. Bayi malang itu pun kembali
sendirian,menangis, polisi menemukannya di pinggir jalan dan mengirim bayi itu
ke sebuah panti asuhan bernama “Cahaya Bunda”.
v
Lima
belas tahun kemudian, bayi itu tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu cantik.
Namun sayang di atas kelebihannya itu dia memiliki kekurangan, dia lumpuh ya
alloh... tak bisa berjalan sejak dia kecil dulu..
Sore
itu, di temani burung yang hendak pulang ke sarang nya, cahaya matahari yang
mulai redup tanda malam sebentar lagi datang menggantikan siang. Alya duduk
termenung di atas kursi rodanya yang selalu menemaninya ke mana-mana. Di
situlah,di taman panti seperti yang biasa ia lakukan di sore hari ia selalu
mengadu,bertanya,mengeluarkan semua kekesalannya dan isi hatinya kepada sang
pencipta, Mengapa ia harus hidup di dunia ini kalau ternyata dia tidak di beri
ayah dan bunda seperti anak-anak lain dan satu hal lagi dia tidak bisa berlari
seperti anak-anak lainnya bahkan berjalan sekali pun ia tak bisa dia lumpuh
total, tak dapat di sembuhkan.. Tapi Alya tidak pernah sekalipun mendapatkan
jawaban yang ia inginkan atas semua pertanyaan-pertanyaannya itu.
“Alya
benci hidup ini, Alya lebih baik mati dari pada harus hidup sendiri tampa
siapa-siapa di dunia ini. Alloh tak adil....Alloh tega membiarkan alya seperti
ini.” Alya berteriak sangat kencang memecah suasana sore itu. Dia sudah tak
kuat lagi. Alya pun meneteskan air matanya.
Tiba-tiba
seseorang datang menghampirinya. Dia berwujud laki-laki, bisa di katakan
laki-laki itu seumuran dengan alya, namun alya sama sekali tak mengenalinya.
Alya bertanya dalam hati, “ siapa dia? Mungkinkah dia anak baru di panti ini?”
anak laki-laki itu seolah mendengar kata hati alya. Dia lalu berkata,”Namaku
Adhi,aku baru tiba di sini lima menit yang lalu. Dan aku mendengar jeritan
seseorang dari taman ini, maka aku pun berjalan ke taman ini menghampiri mu.”
Alya pun angkat bicara,” Oh, Namaku alya.” Merekapun seketika itu saling
berjabat tangan.
Setelah
perkenalan singkat itu, alya seolah tak menganggap adhi ada di sampingnya, alya
malah meneruskan lamunannya yg sempat terganggu oleh kedatangan adhi. Namun
adhi sebaliknya, adhi malah seakan mengajak alya bicara, membicarakan akan
sesuatu yang tengah alya pikirkan. Di tengah kesunyian tiba-tiba adhi berkata,“
Alloh itu maha adil alya, dia sangat adil kepada setiap mahluknya. Kamu jangan
pernah sekalipun mngatakan bahwa alloh itu tak adil..!!” mendengar apa yang
baru saja di katakan adhi, membuat emosi alya memuncak, alya pun menjawab
perkataan adhi, “ kata siapa alloh adil?? Mana buktinya?? Aku lebih
merasakannya adhi... ok,mungkin alloh adil terhadapmu tp tidak terhadapku.”
Alya berbicara sambil menangs tersedu-sedu, alya meghela nafas panjang dan
melanjutkannya,” Lihatlah aku adhi, aku lumpuh tak bisa berlari bahkan berjalan
sekalipun. Aku tidak bisa seperti anak-anak yg lainnya bisa berjalan ke manapun
sesuai keinginan mereka. Ke mana-mana aku harus membawa kursi roda ini...
apakah menurutmu ini yg di namakan adil??..”
Adhi
pun terdiam seakan sedang memahami apa yang baru saja alya katakan. Adhi
menghela nafas lalu menjawab.”Alya, terapi bukan kamu saja yang ke mana-mana
selalu di temani oleh kursi roda, banyak anak-anak di luar sana yang lumpuh
seperti kamu alya..” adhi kembali terdiam tak lagi meneruskan kata-katanya. Alya
pun angkat bicara, “ ok, aku pun tahu memang banyak anak-anak di luar sana yang
lumpuh sepertiku. Tapi mereka masih bisa mendapatkan kasih sayang orang tuanya,
masih memiliki ayah dan bunda, masih bisa merasakan hangatnya sebuah kasih
sayang. Mereka masih bisa mendapatkan hal itu, sedangkan aku..... aku tidak
punya ayah bunda seperti mereka, aku hidup sebatang kara di dunia ini tidak ada
yang menyayangiku, bahkan yang menemaniku sekalipun.” Alya menghela nafas dan
meneruskannya, “Sungguh aku iri pada mereka yang bisa merasakan kasih sayang
itu, Aku ingin sekali merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang ayah dan
bunda yang selalu menyayangi kita setiap saat. Aku iri pada mereka adhi...
alloh tak adil.. aku sama sekali tidak tahu seperti apa wajah mereka, aku tak
pernah di beri kesempatan untuk mengetahui hal
itu. Alya kembali tenggelam dalam tangisannya, dia kecewa, terluka.....
Adhi
lalu mendekati alya dan memeluk alya, membiarkan alya menagis dalam pelukannya
dan mengeluarkan semua isi hatinya. Adhi sangat mengerti apa yang saat ini alya
rasakan. Secara perlahan adhi pun berbisik ke telinga alya, “Alya ingatlah,
alloh itu maha adil, dan alloh pun pasti sangat menyayangimu. Buktinya dia
masih memberikanmu kesempatan untuk merasakan bagai mana rasanya hidup di dunia
ini, dia memberikan kesempatan kepadamu selama di dunia untuk beribadah
kepada-Nya... dengarlah banyak bayi-bayi lain yang belum sempat di lahirkan ke
dunia, orang tuanya tega mengaborsinya. Bayi itu sama sekali belum pernah
merasakan bagaimana susah senangnya hidu di dunia ini..Bayi itu lebih menderita
dari pada kamu alya, mereka kecewa,sedih. Melebihi kekecewaan dan kesedihanmu
saat ini... kamu seharusnya bersyukur alya, kamu telah di beri kesempatan oleh
Alloh untuk hidup di dunia ini. Janganlah sekali lagi kamu mengatakan bahwa Alloh
itu tidak adil.”
Alya
pun tersenyum mendengar perkataan adhi.
Kini dia mengerti akan semuanya, dia harus berjuang untuk terus hidup. Dia akan
tetap semangat dan tak akan putus asa dia tak mau mengecewakan Alloh. Adhi pun
berbisik sekali lagi di telinga alya, “Tenanglah aku akan selalu ada di
sampingmu, aku kan slalu tulus menyayangimu menggantikan ayah ibumu. Percayalah
padaku, aku akan slalu menjagamu alya.. Aku janji..”
Alya
menatap wajah adhi seraya tersenyum untuk yang kedua kalinya, mendengar ucapan
adhi yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Alya tak pernah merasa sebahagia
ini sebelumnya. Alya kemudian berkata,”Terimakasih buat semuanya adhi.. aku tak
mau kehilangan mu.. tetaplah di sini...” alya kembali menangis di pelukan adhi,
menangis bahagia karna Alloh telah memberikan nya sebuah kebahagiaan yang
sangan berarti dalam hidupnya, seseorang yang sangat menyayanginya..
“Alloh memang sang maha
adil.”
v
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar