“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin”
Judul Novel : Daun yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT. Gramedia
Pustaka
Tahun Terbit : Juni 2010
Tebal : 257 halaman
Kategori : Fiksi, Novel
Harga :
Rp. 48.000,00
“ Dia bagai malaikat keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan ibu dari
kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat
berteduh, sekolah dan janji masa depan yang lebih baik. Dia sungguh bagai
malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian dan teladan
tanpa mengharap budi sekalipun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan
membiarkan mekar perasaan ini.”
Novel ini bercerita tentang kisah seorang gadis bernama
Tania yang menyukai seorang lelaki yang umurnya terpaut 14 tahun darinya.
Seseorang ini digambarkan sebagai sesosok malaikat yang
membawa kebahagiaan kepada Tania dan keluarga. Namun, pada akhirnya seseorang
tersebut justru memberi kesedihan pada Tania.
Novel dibuka dengan pemaparan seorang Tania
yang berjuang untuk mempertahankan kehidupan ia dan keluarganya. Ibunya
berprofesi sebagai tukang cuci dan ia serta adiknya menjadi pengamen di
jalanan. Suatu hari datanglah seorang lelaki yang memberinya tempat
berteduh, sekolah dan masa depan yang jauh lebih baik. Kebaikan hati laki-laki
yang biasa Tania panggil Oom Danar itu membuat Tania mengaguminya.
Lalu datanglah masa dimana Tania mulai menyadari
perasaan itu, perasan kagum yang tak tebendung yang menuju pada kecemburuan
saat mereka jalan bersama dengan pacar Oom Danar. Seketika hati kecil Tania tak
terima saat Oom Danar mengandeng Tante Ratna. Bukankah biasanya pundaknya
dipegang? Jelas-jelas posisi Tania diambil oleh Tante Ratna. Sejak saat itulah
dia mulai merasa cemburu. (hal 34).
Namun Tere Liye malah mengambarkan kesedihan disaat
kehidupan Tania mulai membaik. Kesedihan itu dimulai dengan kepergian Ibu Tania
untuk selamanya dan membuat Tania sangat sedih. Kesedihan lainnya ditambah
dengan sang penulis, Tere Liye, memisahkan Tania dan Oom Danar disaat mereka
belum mengetahui perasaan mereka masing-masing. Awalnya Tania tidak mau pergi
ke Singapura namun karena hal tersebut merupakan permintaan Oom Danar, akhirnya
Tania bersedia untuk berangkat ke Singapura karena dia sudah bersumpah untuk
menuruti kata-kata Oom Danar. ( hal 70).
Di Singapura Tania mulai bisa melupakan kesedihan tentang kepergian
ibunya. Dia juga memulai kehidupan barunya disana dengan profesinya sebagai pelajar.
Saat ulang tahunnya yang ke 17 Oom Danar memberikan sebuah kalung dengan
liontin cantik bertuliskan huruf “T” yang membuat Tania merasa sangat istimewa.
Namun, setelah mengetahui bahwa kalung itu tidak hanya diberikan kepadanya
melainkan Oom Danar juga memberikan kalung kepada ibu dan adiknya, Tania tidak
merasa istimewa lagi. Dan saat dia telah menikmati hidup di Singapura,
kesedihan kembali menyelimuti hatinya dengan adanya kabar tentang pernikahan
Oom Danar dan Tante Ratna.
Setelah sekian lama murung akibat pernikahan Oom Danar dan Tante Ratna,
akhirnya Tania pulang ke Indonesia karena desakan Tante Ratna yang setiap malam
selalu curhat kepada Tania tentang kehidupan rumah tangganya dengan Oom Danar
yang tidak harmonis. Pada saat Tania sudah sampai di Indonesia perasaan
keduanya mulai terungkap dengan diketahuinya keistimewaan kalung Tania, yaitu
ada potongan gambar daun pohon linden yang juga terdapat pada kalung yang
dimiliki Oom Danar.
Di dalam novel ini, Tere Liye menggunakan alur campuran yaitu maju dan mundur
sehingga tidak semua orang dapat memahami jalan cerita di dalam novel ini
secara langsung. Kelebihan novel ini adalah konflik yang dialami tokoh utama
sangat menarik dan tidak seperti novel-novel percintaan remaja yang lain. Tere
Liye bisa membuat emosi pembaca ikut naik-turun seiring dengan perasaan sang
tokoh utama. Selain itu pengambaran suasana dan tokohnya pun sangat
jelas, sehingga pembaca dapat lebih berimajinasi dengan mudah.Selamat Membaca!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar