Kamis, 16 Februari 2012

Cerpen


Adilkah..
Oleh: Fitri Rizkiyah Nurbaity
         
            Pagi belum lagi sempurna terangnya.Kabut masih turun perlahan menyisi batang-batang pohon cemara yang ramping..
Seketika itu terdengar suara tangisan bayi mungil yang masih merah,terombang ambing dalam sebuah kardus di atas sungai.Malang sekali nasibnya,siapakah gerangan orang tuanya?! Yang tega membuang anaknya seperti itu....
            Setelah berjam-jam terombang ambing arus sungai,terkena hujan,dan anging. Yang memang pada saat itu sedang musim hujan. Beruntung Alloh masih menyayangi bayi itu, seorang ibu-ibu setengah baya menemukannya membiru kedinginan di pinggiran sungai. Sunggu malang, ibu-ibu setengah baya itu pun memutuskan untuk membawa bayi itu pulang ke rumah nya.
            Ibu-ibu setengah baya itu mengurusnya dengan penuh kasih sayang, dia menganggap bayi itu seperti cucu kandungnya sendiri. Namun tuhan seakan berkata lain ibu itu meninggal dunia karena tabrak lari, ketika dia akan membeli susu untuk si bayi mungil  itu. Bayi malang itu pun kembali sendirian,menangis, polisi menemukannya di pinggir jalan dan mengirim bayi itu ke sebuah panti asuhan bernama “Cahaya Bunda”.

v  

            Lima belas tahun kemudian, bayi itu tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu cantik. Namun sayang di atas kelebihannya itu dia memiliki kekurangan, dia lumpuh ya alloh... tak bisa berjalan sejak dia kecil dulu..
            Sore itu, di temani burung yang hendak pulang ke sarang nya, cahaya matahari yang mulai redup tanda malam sebentar lagi datang menggantikan siang. Alya duduk termenung di atas kursi rodanya yang selalu menemaninya ke mana-mana. Di situlah,di taman panti seperti yang biasa ia lakukan di sore hari ia selalu mengadu,bertanya,mengeluarkan semua kekesalannya dan isi hatinya kepada sang pencipta, Mengapa ia harus hidup di dunia ini kalau ternyata dia tidak di beri ayah dan bunda seperti anak-anak lain dan satu hal lagi dia tidak bisa berlari seperti anak-anak lainnya bahkan berjalan sekali pun ia tak bisa dia lumpuh total, tak dapat di sembuhkan.. Tapi Alya tidak pernah sekalipun mendapatkan jawaban yang ia inginkan atas semua pertanyaan-pertanyaannya itu.
            “Alya benci hidup ini, Alya lebih baik mati dari pada harus hidup sendiri tampa siapa-siapa di dunia ini. Alloh tak adil....Alloh tega membiarkan alya seperti ini.” Alya berteriak sangat kencang memecah suasana sore itu. Dia sudah tak kuat lagi. Alya pun meneteskan air matanya.
            Tiba-tiba seseorang datang menghampirinya. Dia berwujud laki-laki, bisa di katakan laki-laki itu seumuran dengan alya, namun alya sama sekali tak mengenalinya. Alya bertanya dalam hati, “ siapa dia? Mungkinkah dia anak baru di panti ini?” anak laki-laki itu seolah mendengar kata hati alya. Dia lalu berkata,”Namaku Adhi,aku baru tiba di sini lima menit yang lalu. Dan aku mendengar jeritan seseorang dari taman ini, maka aku pun berjalan ke taman ini menghampiri mu.” Alya pun angkat bicara,” Oh, Namaku alya.” Merekapun seketika itu saling berjabat tangan.
            Setelah perkenalan singkat itu, alya seolah tak menganggap adhi ada di sampingnya, alya malah meneruskan lamunannya yg sempat terganggu oleh kedatangan adhi. Namun adhi sebaliknya, adhi malah seakan mengajak alya bicara, membicarakan akan sesuatu yang tengah alya pikirkan. Di tengah kesunyian tiba-tiba adhi berkata,“ Alloh itu maha adil alya, dia sangat adil kepada setiap mahluknya. Kamu jangan pernah sekalipun mngatakan bahwa alloh itu tak adil..!!” mendengar apa yang baru saja di katakan adhi, membuat emosi alya memuncak, alya pun menjawab perkataan adhi, “ kata siapa alloh adil?? Mana buktinya?? Aku lebih merasakannya adhi... ok,mungkin alloh adil terhadapmu tp tidak terhadapku.” Alya berbicara sambil menangs tersedu-sedu, alya meghela nafas panjang dan melanjutkannya,” Lihatlah aku adhi, aku lumpuh tak bisa berlari bahkan berjalan sekalipun. Aku tidak bisa seperti anak-anak yg lainnya bisa berjalan ke manapun sesuai keinginan mereka. Ke mana-mana aku harus membawa kursi roda ini... apakah menurutmu ini yg di namakan adil??..”
            Adhi pun terdiam seakan sedang memahami apa yang baru saja alya katakan. Adhi menghela nafas lalu menjawab.”Alya, terapi bukan kamu saja yang ke mana-mana selalu di temani oleh kursi roda, banyak anak-anak di luar sana yang lumpuh seperti kamu alya..” adhi kembali terdiam tak lagi meneruskan kata-katanya. Alya pun angkat bicara, “ ok, aku pun tahu memang banyak anak-anak di luar sana yang lumpuh sepertiku. Tapi mereka masih bisa mendapatkan kasih sayang orang tuanya, masih memiliki ayah dan bunda, masih bisa merasakan hangatnya sebuah kasih sayang. Mereka masih bisa mendapatkan hal itu, sedangkan aku..... aku tidak punya ayah bunda seperti mereka, aku hidup sebatang kara di dunia ini tidak ada yang menyayangiku, bahkan yang menemaniku sekalipun.” Alya menghela nafas dan meneruskannya, “Sungguh aku iri pada mereka yang bisa merasakan kasih sayang itu, Aku ingin sekali merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang ayah dan bunda yang selalu menyayangi kita setiap saat. Aku iri pada mereka adhi... alloh tak adil.. aku sama sekali tidak tahu seperti apa wajah mereka, aku tak pernah di beri kesempatan untuk mengetahui hal  itu. Alya kembali tenggelam dalam tangisannya, dia kecewa, terluka.....
            Adhi lalu mendekati alya dan memeluk alya, membiarkan alya menagis dalam pelukannya dan mengeluarkan semua isi hatinya. Adhi sangat mengerti apa yang saat ini alya rasakan. Secara perlahan adhi pun berbisik ke telinga alya, “Alya ingatlah, alloh itu maha adil, dan alloh pun pasti sangat menyayangimu. Buktinya dia masih memberikanmu kesempatan untuk merasakan bagai mana rasanya hidup di dunia ini, dia memberikan kesempatan kepadamu selama di dunia untuk beribadah kepada-Nya... dengarlah banyak bayi-bayi lain yang belum sempat di lahirkan ke dunia, orang tuanya tega mengaborsinya. Bayi itu sama sekali belum pernah merasakan bagaimana susah senangnya hidu di dunia ini..Bayi itu lebih menderita dari pada kamu alya, mereka kecewa,sedih. Melebihi kekecewaan dan kesedihanmu saat ini... kamu seharusnya bersyukur alya, kamu telah di beri kesempatan oleh Alloh untuk hidup di dunia ini. Janganlah sekali lagi kamu mengatakan bahwa Alloh itu tidak adil.”
            Alya pun tersenyum mendengar  perkataan adhi. Kini dia mengerti akan semuanya, dia harus berjuang untuk terus hidup. Dia akan tetap semangat dan tak akan putus asa dia tak mau mengecewakan Alloh. Adhi pun berbisik sekali lagi di telinga alya, “Tenanglah aku akan selalu ada di sampingmu, aku kan slalu tulus menyayangimu menggantikan ayah ibumu. Percayalah padaku, aku akan slalu menjagamu alya.. Aku janji..”
            Alya menatap wajah adhi seraya tersenyum untuk yang kedua kalinya, mendengar ucapan adhi yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Alya tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Alya kemudian berkata,”Terimakasih buat semuanya adhi.. aku tak mau kehilangan mu.. tetaplah di sini...” alya kembali menangis di pelukan adhi, menangis bahagia karna Alloh telah memberikan nya sebuah kebahagiaan yang sangan berarti dalam hidupnya, seseorang yang sangat menyayanginya..
“Alloh memang sang maha adil.”

v  
  
  Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar